Monday, 13 July 2020

Hepatitis B : Penyakit yang Disebabkan Apabila Tidak Melakukan Imunisasi

Apa Manfaat Vaksinasi Hepatitis B? - Alodokter

Imunisasi adalah proses untuk membuat imun seseorang atau kebal terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut.

            Imunisasi bertujuan untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Agar antibodi tersebut terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi tergantung jenis penyakit yang hendak dicegah. Sejumlah vaksin cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga yang harus diberikan beberapa kali, dan diulang pada usia tertentu. Vaksin dapat diberikan dengan cara disuntik atau tetes mulut. 

Hepatitis B

 A. Epidemiologi Hepatitis B di Indonesia
Prevalensi global karier kronik bervariasi antar 0.1 hingga lebih dari 20%, dan sekitar 15 – 40% penderita yang terinfeksi kronik bisa berlanjut menjadi sirosis, kanker hati, atau karsinoma hepatoseluler (HCC), dan 15 - 25% kasus meninggal.2 Prevalensi HBV kronik bervariasi di berbagai area geografis dan populasi yang berbeda, dengan prevalensi nasional berkisar antara 0.1 – 35%, dimana endemisitas dinilai dari kadar antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). Area dimana HBV sangat endemis termasuk di Asia, Afrika sub-Sahara, sebagian daerah timur tengah, dan Eropa bagian tengah dan timur. Regio dengan prevalensi tertinggi HBV kronik yang memiliki tingkat HCC, dimana HCC menjadi salah satu dari 3 penyebab kematian utama di daerah tersebut, adalah Asia Pasifik.
Endemisitas HBV di Indonesia termasuk antara sedang – tinggi berdasarkan perbedaan geografisnya, yaitu berkisar antara 2.5% hingga 10%, dengan risiko tertinggi ada pada pasien hemodialisa dan petugas kesehatan.7 Sedangkan pada populasi sehat diperkirakan angka ini mencapai 20.3% dengan proporsi luar Jawa lebih tinggi daripada di Jawa (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia, 2012).8 Indonesia memiliki endemisitas kedua terbesar setelah Myanmar di negara South East Asian Region (SEAR). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), diperkirakan 28 juta penduduk Indonesia terinfeksi hepatitis B dan C, dimana 14 juta memiliki potensi kronis, dan 1,4 juta berpotensi menjadi kanker hati. Berdasarkan data Riskesdas 2013, angka kejadian semakin meningkat pada penduduk berusia di atas usia 15 tahun, dengan jenis yang menginfeksi terbanyak penduduk Indonesia adalah hepatitis B (21,8%), dan hepatitis A (19,3%).

 b. Pengertian Hepatitis B
Hepatitis adalah peradangan pada hati atau liver. Hepatitis bisa disebabkan oleh infeksi virus, bisa juga disebabkan oleh kondisi atau penyakit lain, seperti kebiasaan mengonsumsi alkohol, penggunaan obat-obatan tertentu, atau penyakit autoimun. Jika disebabkan oleh infeksi virus, hepatitis bisa menular.

 c. Gejala Hepatitis
Pada tahap awal, penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala apa pun, sampai akhirnya penyakit ini menyebabkan kerusakan dan gangguan fungsi hati. Pada hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus, gejala akan muncul setelah penderita melewati masa inkubasi. Masa inkubasi tiap jenis virus hepatitis berbeda-beda, yaitu sekitar 2 minggu sampai 6 bulan.
Berikut adalah beberapa gejala umum yang muncul pada penderita hepatitis:
  • o   Mual
  • o   Muntah
  • o   Demam
  • o   Kelelahan
  • o   Feses berwarna pucat
  • o   Urine berwarna gelap
  • o   Nyeri perut
  • o   Nyeri sendi
  • o   Kehilangan nafsu makan
  • o   Penurunan berat badan
  • o Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan atau penyakit kuning
 d. Penyebab Hepatitis B
Hepatitis B tidak akan menular bila hanya berbagi alat makan atau berpelukan dengan penderitanya.
Penularan virus ini terjadi melalui hubungan seksual tanpa kondom dan berbagi jarum suntik dengan penderita hepatitis B. Hal ini karena virus hepatitis B berada di dalam darah dan cairan tubuh, seperti sperma dan cairan vagina.
Selain itu, hepatitis B juga dapat ditularkan dari wanita yang sedang hamil kepada bayi dalam kandungannya.

 e. Diagnosis Hepatitis B
Dokter akan menanyakan keluhan dan riwayat kesehatan pasien dan keluarga. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mencari perubahan warna pada kulit dan bagian putih mata (sklera), serta melakukan penekanan di area perut pasien untuk mendeteksi pembesaran hati dan nyeri tekan pada perut sisi kanan atas.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa:
  •    Tes fungsi hati, untuk memeriksa kinerja hati dan mengetahui jika ada masalah pada organ tersebut
  •    Tes antibodi virus hepatitis, untuk menentukan keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV, serta menentukan apakah hepatitis bersifat akut atau kronis
  •    Pemindaian dengan USG perut, untuk mendeteksi kelainan pada organ hati, seperti kerusakan hati, pembesaran hati, atau tumor hati, serta untuk mendeteksi kelainan pada kandung empedu
  •    Biopsi hati, untuk menentukan penyebab kerusakan di jaringan hati
 f. Pengobatan Hepatitis B
Pengobatan hepatitis akan disesuaikan dengan jenis hepatitis, tingkat keparahan infeksi, serta kondisi pasien. Hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya jika pasien memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Pengobatan hepatitis akibat infeksi virus bertujuan untuk mengatasi infeksi, meredakan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi.
Secara umum, pengobatan yang dilakukan meliputi:
1. Pemberian obat interferon
Meski beberapa jenis hepatitis akibat infeksi virus bisa sembuh dengan sendirinya, pemberian obat-obatan perlu dilakukan ketika jumlah virus penyebab hepatitis cukup banyak. Dokter akan memberikan obat interferon untuk menghentikan penyebaran virus dan mencegahnya kambuh. Obat ini biasanya diberikan melalui infus setiap minggu selama 1 tahun.
     2.     Pemberian obat imunosupresan
Untuk mengatasi hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, dokter dapat memberikan obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide. Selain itu, pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine, mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.
    3.     Pemberian obat antivirus
Pada beberapa kondisi, misalnya pada hepatitis B atau hepatitis C yang kronis, dokter juga bisa memberikan obat antivirus, seperti entecavir, famciclovir, lamivudine, ribavirin, ritonavir, atau tenofovir. Obat-obatan ini bisa menghambat pertumbuhan dan perkembangan virus dengan mekanisme yang berbeda-beda.
   4.     Transplantasi hati
Bila hepatitis sudah menyebabkan kerusakan hati yang berat, dokter mungkin akan menyarankan transplantasi hati atau penggantian hati. Melalui prosedur ini, hati penderita hepatitis yang rusak akan diganti dengan hati yang sehat dari pendonor.
Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik. Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan hingga gejala mereda.
Selain itu, penderita hepatitis tidak boleh mengonsumsi alkohol, terutama jika hepatitisnya disebabkan oleh konsumsi alkohol berlebih. Jika penyebabnya adalah penggunaan obat-obatan tertentu, dokter akan melakukan penghentian atau penggantian obat agar peradangan hati tidak semakin parah.

  g. Pencegahan Hepatitis
Anda dapat menurunkan risiko terjadinya hepatitis dengan melakukan beberapa langkah berikut:
  • o   Melakukan Imunisasi/Vaksinasi Hepatitis B.
  • o   Cuci tangan secara teratur dengan air dan sabun, terutama setelah beraktivitas di luar ruangan dan sebelum makan.
  • o   Lakukan hubungan seks yang aman, misalnya dengan menggunakan kondom dan tidak bergonta-ganti pasangan.
  • o   Hindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti sikat gigi atau handuk, termasuk juga peralatan makan.
  • o   Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi, berolahraga secara teratur, dan beristirahat yang cukup.
  • o   Jangan mengonsumsi alkohol dan NAPZA.
  • o   Hindari mengonsumsi makanan yang belum dimasak hingga matang dan air minum yang tidak terjamin kebersihannya atau belum direbus hingga mendidih.

Data Hepatitis di Indonesia


                  Imunisasi berupa vaksin Hepatitis B (HB-0) diberikan pada bayi berusia kurang dari 24 jam . Diketahui, untuk membentuk kekebalan maksimal pada anak-anak, maka idealnya 95 persen anak di satu daerah harus terimunisasi. Inilah yang disebut dengan kekebalan komunitas. Jika di sebuah daerah hanya sedikit yang diimunisasi, maka penyakit menular mudah tersebar dan menjangkiti banyak orang dalam waktu singkat. Sebaliknya jika lebih banyak atau 95 persen orang sudah diimunisasi, akan memiliki kekebalan untuk melindungi 5 persen orang lainnya yang tidak diimunisasi.
               Pada 2013, dengan target renstra 88 persen, hasil cakupan imunisasi dasar lengkap pada saat itu mampu mencapai 90 persen. Sementara itu, pada 2016, dari target 91,50 persen, capaian imunisasi mampu melebihi dengan angka tipis, 91,58 persen. Hasil tidak optimal terlihat jelas pada 2014 dan 2015. Angka cakupan imunisasi berada di kisaran 80 persen dari target renstra di kisaran 90 persen.

Sedangkan, Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, dr. Anung Sugihantono, mengatakan, mereka yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap tersebut adalah 12 persen dari total bayi 0-11 bulan yang harusnya sudah mendapatkan imunisasi rutin sejak lahir. Jumlah ini menurut data Riskesdas terbaru 2018. Masih menurut Riskesdas tersebut, cakupan imunisasi dasar lengkap pada anak usia 12-23 bulan sebesar 57,9 persen, justru menurun jika dibandingkan dengan data 2013 sebesar 59,2 persen.
Berikut adalah Data Riskesdas Prevalensi Hepatitis berdasarkan Diagnosis Dokter menurut Provinsi, 2013-2015.


Sumber : 

Hepatitis B : Penyakit yang Disebabkan Apabila Tidak Melakukan Imunisasi Imunisasi adalah proses untuk membuat imun seseorang atau ...